Islam dan Isu Terorisme
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Dalam dekade terakhir ini kita sering sekali disibukkan dengan berita-berita tentang teroris dan terorisme. Yang menyesakkan dada adalah ketika banyak dari tulisan-tulisan atau pemberitaan-pemberitaan di media yang secara jelas ataupun samar-samar mencoba mengidentikkan terorisme dengan islam.
Kita semua tentu tahu betapa usaha keji untuk menciptakan stigma islam itu identik dengan terorisme, telah menciptakan suasana yang amat merugikan bagi umat Islam. Sebagai contoh, semenjak Peristiwa 11 September, ruang gerak dan kebebasan umat islam terutama di negeri-negeri barat menjadi sangat terbatas. Bahkan sekadar untuk beribadah atau mengenakan jilbab. Yang jelas, betapa stigma itu benar-benar merugikan umat Islam.
Yang juga parah, terorisme sering diidentikkan dengan jihad. Padahal jelas-jelas terorisme itu bukan jihad. Jihad adalah sesuatu yang mulia dalam Islam, bahkan amal yang paling utama.
Jihad punya aturan yang jelas. Pertama-tama, jihad itu maknanya luas. Tidak hanya berperang. Ada jihad dengan dakwah, jihad dengan pendidikan, dan sebagainya, bahkan jihad untuk mengendalikan hawa nafsu.
Peran Pemuda dalam Perubahan Masyarakat
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Soekarno mengatakan: “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia.”
Siapakah pemuda? Dalam Al-Qur’an, pemuda disebut dengan fatan. Misalnya sebutan fatan untuk Nabi Ibrahim muda, yang ketika itu sedang dicari oleh Raja Namrud karena dituduh menghancurkan patung-patung berhala. Fatan yuqaalu lahu Ibrahim. Juga sebutan fityatun untuk para pemuda Ashabul Kahfi. Innahum fityatun amanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa.
Sedangkan dalam Hadits, pemuda disebut sebagai syaab. Misalnya dalam hadits “Lima Perkara Sebelum Lima Perkara Lainnya”: syabaabaka qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu). Juga dalam hadits “Tujuh Golongan Yang Mendapat Naungan Allah”: syaab nasya-a fii ‘ibadatillah (seorang pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan taat kepada Allah).
Dari sisi usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu fase puber/remaja berusia antara 10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal berusia antara 21 sampai 35 tahun. Sebagian berpendapat bahwa siapapun yang berusia dibawah 40 tahun semenjak ia menjadi baligh bisa disebut sebagai pemuda. Barangkali patokannya adalah usia kerasulan Muhammad saw, yaitu 40 tahun. Adapun dari sisi karakter, pemuda adalah sebagaimana yang diuraikan oleh Imam Hasan Al-Banna: “Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.”
Memaknai Bulan Ramadhan
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi setiap mukmin. Berikut ini beberapa keistimewaannya.
Pertama, ramadhan adalah rabi’ul hayat (musim semi kehidupan) bagi setiap muslim dan bagi umat ini. Sebagaimana musim semi dimana daun-daun kembali tumbuh dan bunga-bunga bermekaran, setelah sebelumnya kering kerontang, udara menjadi segar setelah sebelumnya kering menusuk tulang, maka demikianlah ramadhan.
Di bulan ramadhan, pikiran kita disegarkan kembali dengan banyaknya taklim di masjid-masjid, di kantor-kantor, di radio, di televisi, di surat-surat kabar. Pikiran kita diajak kembali untuk memahami ajaran agama kita.
Di bulan ramadhan, ruhani kita disegarkan kembali dengan bacaan Al-Qur’an, sholat tarawih, dan puasa itu sendiri.
Di bulan ramadhan, jasad kita pun disegarkan kembali dengan puasa, yang menurut para ahli kesehatan dan medis, bisa menetralisir racun-racun dalam tubuh, dan secara umum sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Manfaatkan Lima Perkara
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Orang Barat mengatakan: Time is money “Waktu adalah uang”. Orang Arab mengatakan: Al-waqtu kas saifi “Waktu ibarat pedang”. Yang jelas, waktu adalah kehidupan itu sendiri, karena hidup kita tidak lain adalah waktu yang kita miliki semenjak kita terlahir sampai kita dijemput kematian. Jika kita menyia-nyiakan waktu kita, berarti kita menyia-nyiakan hidup kita sendiri.
Jika ada orang yang mengatakan, “Mari kita bunuh waktu dengan bersenang-senang,” maka sebetulnya mereka telah membunuh hidupnya sendiri, tetapi mereka tidak sadar.
Waktu memiliki beberapa tabiat. Pertama, waktu berlalu sangat cepat, apalagi ketika zaman semakin akhir. Diantara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah semakin terasa singkatnya waktu. Kedua, jika waktu sudah berlalu, ia tidak akan mungkin kembali lagi. Rabu pekan depan berbeda dengan Rabu pekan ini. Pukul 20.00 besok berbeda dengan pukul 20.00 hari ini.
Dalam Islam, waktu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Allah sendiri tidak jarang bersumpah atas nama waktu. Salah satu maksud dari sumpah-sumpah tersebut adalah agar kita memperhatikan waktu.
Kewajiban terhadap Al-Qur'an
- Ditulis oleh Abdur Rosyid
Ada beberapa kewajiban yang harus kita tunaikan terhadap Al-Qur’an.
1. Mengimaninya dengan sepenuh hati.
Kita harus mengimani semua bagian Al-Qur’an tanpa kecuali. Jangan sampai kita hanya mengimani sebagian isi Al-Qur’an – yang sesuai dengan selera dan kehendak kita – dan mengingkari sebagian yang lainnya – yang tidak sesuai dengan selera dan kehendak kita. Ulaaika humul kaafiruuna haqqan “Mereka itu benar-benar kafir”. Sebaliknya, sikap kita terhadap Al-Qur’an adalah: Sami’na wa atha’naa “Kami mendengar dan kami taat”.
2. Membacanya.
Al-Qur’an tidak hanya untuk hiasan dan pajangan. Ia diturunkan untuk dibaca. Tidakkah kita tahu keutamaan membaca Al-Qur’an? Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir dalam membacanya, maka ia akan ditemani para malaikat yang mulia lagi penuh kebaikan. Dan barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan maka dia akan mendapatkan dua pahala.” (HR Bukhari dan Muslim) Para ulama mengatakan: satu pahala untuk bacaannya, dan satu pahala lagi untuk kesusahannya dalam membaca.
Halaman 40 dari 69